
Foto: Tsunami Aceh. Tentang Sumedang
Reporter: Heru Gustanto
Tentang Sumedang - JK Kenang Tsunami: Lakukan Apapun, Tanpa Perlu Prosedur Bantu Aceh | Sikap tegas Wakil Presiden Jusuf Kalla saat Aceh terjadi tsunami 10 tahun silam terlihat dengan membuka akses untuk siapapun datang ke Tanah Rencong. Padahal Aceh saat itu sedang dilanda konflik lebih 30 tahun antara GAM dengan pemerintah.
Kala itu korban tsunami semakin banyak dan Aceh porak-poranda. Dia pun mempersilakan dunia internasional yang sebelumnya sangat sulit masuk dipersilakan datang ke wilayah Aceh.
"Awalnya Aceh sangat tertutup dari dunia internasional dan seketika kita buka untuk siapapun yang ingin membantu Aceh," kenang JK dalam sambutannya, Jumat (26/12).
Menurut JK, musibah gempa dan tsunami Aceh merupakan bencana terbesar bangsa ini waktu itu. Ratusan ribu nyawa melayang, bangunan hancur dan ribuan lapangan pekerjaan hilang. Aceh kala itu sangat terpuruk, sehingga dunia tergugah hati mereka untuk membantu Aceh.
JK mengaku, saat itu kondisi semua panik. Sehingga dia langsung juga mengambil kebijakan agar bisa membantu Aceh tidak mesti mengikuti prosedur. Apapun kondisinya harus segera dikirim bantuan ke Aceh saat itu. "Lakukan apapun, tidak perlu prosedur untuk membantu Aceh," kenangnya.
Selain itu, JK juga berkali-kali dalam sambutannya menyampaikan ribuan terima kasih kepada dunia yang telah membantu Aceh pasca-tsunami. Tanpa bantuan negara-negara sahabat, JK mengaku tidak bisa membayangkan bagaimana kondisinya Aceh saat itu yang telah porak-poranda dihantam gelombang tsunami.
JK menambahkan pembangunan di Aceh cukup sulit. Salah satunya adalah tidak terealisasinya pembangunan pemukiman penduduk yang semula direncanakan jauh dari tepi pantai.
"Para nelayan protes jika dibangun rumah jauh dari pantai, mereka bilang kalau rumahnya jauh mau cari makan pakai apa," kata JK .
Agenda pembangunan lain yang gagal dilakukan, jelasnya, pemerintah hendak membangun kembali Kota Banda Aceh dengan wajah baru. Serta dikonsepkan seperti kota Paris. Namun hal tersebut juga tidak terwujud, dikarenakan terkendala dengan pembebasan lahan.
Dia menyebutkan bantuan kemanusiaan internasional untuk Aceh hanya dikumpulkan dalam waktu satu jam saja dengan nominal mencapai Rp 60 triliun. "10 Hari setelah bencana tsunami, kita mengadakan UN Summit dan di situ pemerintah dunia menyumbang untuk Aceh," ungkapnya.
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh menurutnya sangat fantastis, dikarenakan pembangunan dimulai dari tahap paling kecil dan juga para pendonor juga berasal dari kalangan usia yang paling bawah. "Di sini kita bisa melihat bahwa anak TK juga menyumbang untuk Aceh," sebutnya.