Foto: Google Fi. ©Marketingland
Tentang Sumedang - Dikabarkan Google telah memantapkan diri merambah dunia bisnis telekomunikasi dengan Google Fi-nya. Cara kerjanya dengan menggunakan Wi-Fi yang lewat infrastruktur operator Amerika. Bahkan, tak tanggung-tanggung Google berani mengakui bahwa layanan selulernya memungkinkan konsumen hanya membayar data yang digunakan.
Rinciannya, biayanya hanya USD 10 atau sekitar Rp 125.000 untuk konsumsi data sebesar 1 Gigabyte, sedangkan biaya per bulannya mencapai USD 20 atau sekitar Rp 250.000. Google Fi sendiri adalah layanan SMS dan telepon via internet. Direncanakan bisnis barunya ini akan merambah ke 120 negara.
Melihat hal itu, tentunya akan sangat "mengerikan" jika Google Fi masuk ke Indonesia. Terbukti, CEO XL, Dian Siswarini pun angkat bicara bila hal itu terjadi. Menurutnya, pemerintah harus mengkaji kembali apabila Google menyasar pasar seluler Indonesia.
"Menurut saya, pemerintah mengkaji izin untuk service (Google) tersebut, sebagai pemain baru dari luar yang masuk ke bisnis telekomunikasi," ujar Dian seusai acara peluncuran layanan Sisternet di Hotel Manhattan, Jakarta, (23/04).
Wajar jika perempuan yang baru diangkat menjadi CEO XL ini beralasan seperti itu. Pasalnya, bukan tidak mungkin itu terjadi, terlebih Google memiliki modal cukup kuat sebagai perusahaan teknologi global. Apalagi, para operator seluler di Indonesia sudah membenamkan investasi yang besar untuk membangun infrastrukturnya.
"Dalam satu tahun, semua operator itu investasi hingga Rp 40 triliun untuk membangun infrastruktur. Tujuan investasi itu untuk memasarkan telekomunikasi ke masyarakat. Dana itu juga sudah termasuk pemasukan negara sebagai pajak dan sebagainya," ujarnya.
Diungkapkannya, pemerintah perlu memperhatikan investasi para operator Indonesia tersebut, sebelum mengizinkan pemain baru, tak hanya Google melainkan pemain lainnya dari luar untuk masuk ke tanah air.