Foto: Berburu pakaian impor. ©2014 Tentang Sumedang
Reporter: Rudi Hantanto
Tentang Sumedang - Kementerian Perdagangan terus mendorong masyarakat Indonesia untuk mencintai produk dalam negeri. Selain demi memajukan industri lokal, produk dalam negeri juga dinilai lebih aman.
Berdasarkan uji laboratorium, pakaian bekas impor belakangan kian marak diminati masyarakat di Tanah Air mengandung 216 ribu koloni bakteri berbahaya per gram.
"Bahkan sebagian yang dijual pinggir jalan, seperti celana pendek, ada bekas menstruasi wanita," ujar Direktor Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (SPK) Kementerian Perdagangan Widodo, Jakarta, Minggu (15/3).
Atas dasar itu, dia meminta masyarakat tak tergiur dengan pakaian bekas berlabel impor tersebut. Sebab, pakaian menjadi sarang bakteri itu telah melukai martabat bangsa.
"Setelah diteliti lebih mahal Rp 10 ribu. Biaya berobat karena terinfeksi penyakit saluran kelamin bisa Rp 300 ribu. Kalau seperti itu kan lebih murah produk dalam negeri."
Dia bercerita Menteri Perdagangan Rachmat Gobel pernah kesal pada seorang wanita memamerkan pakaian dalam bermerek asing. Ini sebagai bentuk kengototan Rachmat mengkampanyekan penggunaan produk dalam negeri.
"Pak menteri pernah marah, di forum ada ibu-ibu bilang ini daleman bermerek bagus. Pak menteri bilang 'memang dijalan ibu buka-buka celana?'. Keterlaluan sekali rasa nasionalismenya," cerita Widodo.
Atas dasar itulah, dia mengimbau masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri lantaran lebih terjamin keamanannya.
"Kita tidak tahu alau produk luar di perjalanannya kena apa," kata Widodo. "Di youtube, ada itu jeruk impor yang waktu dibuka ada ulet-uletnya, itu karena perjalanannya ke Indonesia jauh."